“Wahai Dawud! Berpeganglah engkau pada firman-firman-Ku. Buanglah sikap “dari dirimu untuk dirimu” agar kecintaanmu kepada-Ku tak tertutup dari dirimu. Janganlah kamu jadikan hamba-hamba-Ku berputus asa dari rahmat-Ku, agar Aku tidak putuskan gelora hasrat nafsumu kepada-Ku. Karena Aku hanya memperkenankan hasrat nafsu itu bagi makhluk-Ku yang lemah. Makhluk-Ku yang kuat tidak patut untuk menuruti syahwat, sebab syahwat dapat mengurangi kenikmatan bermunajat kepada-Ku.
Balasan paling ringan bagi makhluk-Ku yang kuat (yang mengikuti syahwatnya) adalah menghalangi akal mereka dari-Ku. Aku tidak rela jika dunia dinikmati oleh kekasih-Ku. Aku juga membebaskannya dari dunia itu.
Wahai Dawud! Janganlah berguru kepada orang alim yang kemabukannya akan menutupi engkau dari kecintaan-Ku. Mereka adalah perampok para hamba-Ku yang hendak menuju Aku (al-murîdîn). Tinggalkanlah nafsu dengan cara membiasakan diri berpuasa terus menerus. Jangan sekali-kali mencoba meninggalkan puasa, karena kecintaan-Ku terhadap puasa tak akan pernah hilang.
Wahai Dawud! Cintailah Aku dengan cara memerangi dirimu! Cegahlah dirimu dari hawa nafsu. Jika itu dapat engkau lakukan, maka Aku akan memandangmu. Engkau pun akan melihat tabir antara Aku dan kamu terangkat. Dan, sungguh, Aku pun akan memenuhi dirimu dengan pahala atas ketakwaanmu jika itu yang engkau inginkan.”
---Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns wa al-Ridha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar