Tasawuf memang berasal dari Islam. Sebagian orang yang kurang pengetahuan atau memang sengaja ingin menyesatkan, mengatakan bahwa tasawuf berada dari agama hindu ataupun budha. Sesungguhnya tidak. Tasawuf berasal dari satu pilar Islam. Ia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan aqidah (tauhid) dan fiqih (syariat lahir). Ia adalah ajaran dan amalan Rasulullah SAW beserta para Sahabat ra. Sesungguhnya tanpa tasawuf agama ini akan kehilangan ruhnya dan tidak ada bedanya dengan ideologi buatan manusia. Beku, karena ilmu yang ada hanya bermain di akal, tidak di hayatidalam hati. Penghayatan dalam hati sehingga melahirkan akhlak mulia inilah tugas tasawuf.
Dalam tasawuf, kita dianjurkan untuk memiliki dan menyuburkan sifat-sifat mahmudah (terpuji) seperti ikhlas, adil, sabar, pemurah, zuhud (tidak terikat dengan dunia), berani, rendah hati, wara’ (menjauhi maksiat), dan lain-lain sifat batiniah. Juga untuk membuang sifat-sifat mazmumah (keji) seperti sombong, mementingkan diri sendiri, pemarah, pendendam, kikir, tamak, penakut (pada selain ALLAH), cinta dunia, riya’ (pamer), dan banyak lagi. Dari situ tentu kita dapat memastikan bahwa inilah ajaran Nabi kita SAW. Jika kita membaca riwayat kehidupan Rasulullah SAW memang seperti itulah akhlak beliau dan para sahabat ra. Jika ada kesamaan pada ajaran agama lain tidak berarti bahwa tasawuf berasal dari agama tersebut; karena seshungguhnya fitrah manusia menyukai sifat-sifat mahmudah dan membenci sifat-sifat mazmumah, tentu wajar jika hal ini diajarkan juga oleh agama selain Islam.
Istilah tasawuf sendiri belum ada di zaman Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau mengajarkan Islam kepada para Sahabat secara satu kesatuan. Meskipun sudah ada pembagian ilmu berdasar Iman, Islam, dan Ihsan, tetapi Rasulullah mengajarkan ketiganya sekaligus. Hal ini sangat efektif karena Rasul saat itu masih hidup sehingga menjadi contoh langsung terhadap ilmu Al Qur’an. Para sahabat pun adalah orang-orang terpilih yang langsung paham apa yang dimaksud oleh Rasulullah SAW. Seandainya mereka tidak faham mereka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah SAW dan mendapat jawaban langsung dari Rasulullah SAW.
Sepeninggal Rasulullah dan para Sahabatnya, setelah Islam berkembang, ilmu-ilmu islam pun mengalami perkembangan yang hebat juga. Jika tadinya yhanya iman, islam dan ihsan, mulailah muncul imlu-ilmu baru seperti ilmu tafsir, nahu sharaf, musthalah hadis, ushul fiqih dan lain-lain. Umat Islam pun terdiri dari berbagai macam bangsa dan berbagai bahasa. Untuk memudahkan dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi ilmu-ilmu dengan memberinya istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih untuk Islam, dan tasawuf untuk ihsan. Dalam mempelajari ilmu Islam dibolehkan secara terpisah seperti ini, tetapi dalam pengamalannya wajib serentak antara iman (aqidah), islam (fiqih) dan ihsan (tasawuf). Dari Ihsan atau tasawuf inilah akan melahirkan akhlak yang mulia.
Tasawuf bukan termasuk perkara bid'ah dan bukan pula permasalahan yang dapat dipecahkan dengan dalil secara mutlak, karena perkara ini terbagi-bagi. Untuk lebih mudah dipahami, lafazh tasawuf harus diterangkan terlebih dahulu, agar hukumnya menjadi jelas dan terperinci, karena menurut para ulama mutakhkhirin tasawuf adalah perkara yang global. Kesimpulan tentang pengertian lafazh tasawuf, menurut mereka ada dua, yaitu:
(1) Berakhlak dengan akhlak yang terpuji dan meninggalkan akhlak yang tercela,
(2) Melupakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya dan selalu bersama Allah."
Imam Malik (94-179 H)
و من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق
من تفقه و لم يتصوف فقد تفسق
و من جمع بينهما فقد تخقق
Imam Malik berfatwa: "man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik (rusak), dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran." [dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, juz. 2, hal. 195], ) [ Ibn `Ajiba , Iqaz al himam fi sharh al hikam ( Cairo : Halabi , 1392/1972 ) p . 5 6 ]
Ibnu Khaldun (733-808 H)
Ibn Khaldun: "Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi'een, and Tabi' at-Tabi'een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia" [Muqaddimat ibn Khaldun, hal. 328]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar